Ayat Al Quran Tentang Akhlak Terpuji
Ayat Al Quran Tentang Akhlak Terpuji - Akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal perilaku atau akhlak salah satunya akhlak terpuji. Akhlak terpuji (akhlaqul karimah) ialah segala tingkah laku terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT. Akhlaqul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat terpuji. Hamzah Ya’qub mengatakan akhlak yang baik ialah mata rantai iman. Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimiliki seseorang misalnya sabar, benar, dan tawakal. Hal itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya. Pandangan Al-Ghazali tentang akhlak yang baik hampir senada dengan pendapat Plato. Plato mengatakan bahwa orang utama adalah orang yang dapat melihat kepada Tuhannya secara terus-menerus seperti ahli seni yang selalu melihat pada contoh-contoh bangunan. Al-Ghazali memandang bahwa orang yang dekat kepada Allah SWT adalah orang yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah yang memiliki akhlak sempurna. Adapun ayat-ayat yang mejelaskan perilaku terpuji, diantaranya:
QS. Al baqoroh 153
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqoroh: 153)
Melalui ayat ini Allah menjelaskan perihal sabar dan hikmah yang terkandung di dalam masalah menjadikan sabar dan salat sebagai penolong serta pembimbing. Kata (الصبر) ash-shabr/sabar yang dimaksud mencakup banyak hal: sabar menghadapi ejekan dan rayuan, sabar melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, sabar dalam petaka dan kesulitan, serta sabar dalam berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan.
Karena sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya berada dalam kenikmatan, lalu ia mensyukurinya; atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar menanggungnya. Allah SWT menjelaskan bahwa sarana yang paling baik untuk menanggung segala macam cobaan ialah dengan sikap sabar dan banyak salat, seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya:
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (Al Baqoroh: 45)
Sabar itu ada dua macam, yaitu sabar dalam meninggalkan hal-hal yang di haramkan dan dosa-dosa, serta sabar dalam menjalankan ketaatan dan amal-amal shaleh. Adapun jenis sabar lainnya, yaitu sabar dalam menanggung segala macam musibah dan cobaan, jenis inipun hukumnya wajib; perihalnya sama dengan istigfar (memohon ampun) dari segala macam cela.
Karena kesabaran membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan, maka manusia tidak boleh berpangku tangan, atau terbawa kesedihan oleh petaka yang dialaminya, ia harus berjuang dan berjuang. Memperjuangkan kebenaran, dan menegakkan keadilan. Dengan sikap seperti itu diharapkan Ummat islam memiliki mental yang kuat dan tidak cengeng dalam menghadapi lika-liku dan kerasnya kehidupan di dunia, sehingga manusia itu akan bertambah lebih maju.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنْ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Al Imran: 133-134)
Ayat ini, menganjurkan peningkatan upaya, melukiskan upaya itu bagaikan satu perlombaan, dan kompetisi yang memang merupakan salah satu cara peningkatan kualitas. Karena itu bersegeralah kamu bagaikan ketergesaan seorang yang ingin mendahului yang lain menuju ampunan dari Tuhanmu dengan menyadari kesalahan dan berlombalah mencapai, yaitu surga yang sangat agung yang lebarnya, yakni luasnya selebar seluas langit dan bumi yang disediakan untuk al-muttaqin, yakni orang-orang yang telah mantap ketakwaannya, yang taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Ayat ini juga menunjukkan tiga kelas manusia atau jenjang sikapnya. Pertama, yang mampu menahan amarah. Kata (الكاظمين) mengandung makna penuh dan menutupnya dengan rapat. Diatas tingkat ini, adalah yang memaafkan. Kata (العافين) terambil dari kata (العفن) al-‘afn yang bararti maaf atau juga bisa diartikan menghapus. Seseorang yang memafkan orang lain, adalah menghapus bekas luka hatinya akibat kesalahan yang dilakukan orang lain terhadapnya. Selanjutnya, untuk mencapai tingkat ketiga Allah mengingatkan bahwa yang disukainya adalah orang-orang yang berbuat kebajikan, yakni bukan orang yang sekedar menahan amarah, atau memaafkan tetapi justru yang berbuat baik kepada yang pernah melakukan kesalahan.
Untuk itu, disini kita bisa melihat tingkat-tingkat kenaikan takwa seorang mu’min. Pertama, mereka pemurah, baik dalam waktu senang atau dalam waktu susah. Artinya kaya atau miskin berjiwa dermawan. Naik setingkat lagi, yaitu pandai menahan amarah. Tetapi bukan tidak ada marah, karena orang yang tidak ada rasa marahnya sama sekali ketika melihat yang salah adalah orang yang tidak berperasaan. Yang dikehendaki disini, ialah kesanggupan mengendalikan diri ketika marah. Ini adalah tingkat dasar. Kemudian naik setingkat lagi, yaitu memberi maaf. Kemudian naik ketingkat yang diatas sekali, menahan amarah, member maaf, diiringi dengan berbuat baik, khususnya kepada orang yang nyaris dimarahi dan dimaafkan itu.
Demikianlah takwa bekerja dibidang ini, dengan dorongan-dorongan dan motivasi-motivasinya. Marah adalah perasaan manusiawi yang diiringa dengan naiknya tekanan darah. Marah adalah salah satu dorongan yang menjadi kelengkapan penciptaan manusia dan salah satu kebutuhannya. Manusia tidak dapat menundukkan kemarahan ini kecuali dengan perasaan yang halus dan lembut yang bersumber dari pancaran takwa, dan dengan kekuatan ruhiah yang bersumber dari pandangannya kepada ufuk yang lebih luas dari pada ufuk dirinya dan cakrawala kebutuhannya.
QS. An nisa’ 114
Ayat ini merupakan pendidikan yang sangat berharga bagi masyarakat, yakni untuk saling terbuka, sedapat mungkin untuk tidak saling merahasiakan sesuatu. Kerahasiaan mengandung makna ketidakpercayaan sedangkan keterbukaan dan terus terang menunjukkan keberanian pembicara.
“tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka manusia”dari sini dapat dipahami larangan Nabi saw melakukan pembicaraan rahasia dihadapan orang lain, yang nantinya dapat menimbulkan fitnah, sehingga memunculkan rasa dengki hati dan suudzan yang dapat memecah belah umat. Maka dari itu jelahslah bahwa bisik-bisik tidak ada kebaikan atau manfaat yang bisa diambil. Mana yang tidak setuju hendaknya dukatakan terus terang.
“kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia” dari tiga hal diatas tidak mengandung madzarat kalo diperbisikkam. , bahkan memang patut ghal-hal tersebut diperbisikkan terlebih dahulu.
Menyuruh atau menganjurkan orang mengeluarkan sedekah memang kadang-kadang perlu dirahasiakan terlebih dahulu, supaya dapat diteliti siapa yang patut menerimanya. Sebab ada orang yang berhak menerima sedekah atau zakat tetapi dia malu memintanya atau malu ketahuan. Banyak orang yang mempunyai budi yang dinamai iffah, yaitu pandai menahan diri, sehingga banyak orang yang menyangka dia kaya, padahal dia berhak menerima sedekah ataupun zakat. Dan lebih baik lagi kalo diberikan secara rahasia, sehingga yang diberi tidak merasa malu. Demikian pula, ada orang yang mampu mengeluarkan zakat, tetapi dia enggan memperlihatkannya karena takut riya’, maka dia memberikan zakat tersebut secara rahasia.
Menyuruh perbuatan yang ma’ruf kadang-kadang lebih baik disampaikan secara rahasia. Seperti orang yang melakukan perbuatan jelek ditegur dihadapan banyak orang akan menimbulkan masalah lain, maka sebaiknya dilakukan teguran tersebut secara rahasia. Mendamaikan orang yang sedang berselisih sepatutnya dilakukan secar rahasia. Hal ini untuk menjaga nama baik kedua belah pihak
Menurut ar-razi sesungguhnya amal pada garis besarnya tidak keluar dari memberi manfaat atau menafikkan madzarat,pemberian manfaat dapat bersifat material dan inilah yang diwakili oleh sedekah, sedangkan yang bersifat immateraial ditunjukkan dengan amar ma’ruf. Ma’ruf dapat mencangkup pengembangan potensi kemampuan teoritis melalui pemberian pengetahuan, atau pengembangan potensi melalui keteladanan.
Semua bisik-bisik ditempat sunyi tidak menimbulkan bahaya. Asal ada niat baik rerkandung didalamnya , sebab lanjutan ayat berbunyi dengan tegas” dan barangsiapa yang berbuat demikian”yaitu segala macam bisik yang mengandung maksud baik, yang bukan hendak merugikan orang lain, karena menginginkan keridhaan Allah. Sebab timbul pengaruh iman kepada Tuhan dan kasih sayang sesama manusia. Lantaran bersedekah, menyuruh berbuat baik dan mendamaikan orang yang bertengkar atau berkelahi. Yang nantinya Allah akan memberi pahala yang sangat besar.
Oleh karenaitu, kita sebagai manusia harus menjaga komunikasi antar manusia supaya tidak menimbulkan perpecahan diantara sesama manusia, karena komunikasi itu penting dalam sebuah kehidupan dimanapun kita berada.
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal perilaku atau akhlak salah satunya akhlak terpuji. Akhlak terpuji (akhlaqul karimah) ialah segala tingkah laku terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT. Akhlaqul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat terpuji. Hamzah Ya’qub mengatakan akhlak yang baik ialah mata rantai iman. Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimiliki seseorang misalnya sabar, benar, dan tawakal. Hal itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya. Pandangan Al-Ghazali tentang akhlak yang baik hampir senada dengan pendapat Plato. Plato mengatakan bahwa orang utama adalah orang yang dapat melihat kepada Tuhannya secara terus-menerus seperti ahli seni yang selalu melihat pada contoh-contoh bangunan. Al-Ghazali memandang bahwa orang yang dekat kepada Allah SWT adalah orang yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah yang memiliki akhlak sempurna. Adapun ayat-ayat yang mejelaskan perilaku terpuji, diantaranya:
QS. Al baqoroh 153
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqoroh: 153)
Melalui ayat ini Allah menjelaskan perihal sabar dan hikmah yang terkandung di dalam masalah menjadikan sabar dan salat sebagai penolong serta pembimbing. Kata (الصبر) ash-shabr/sabar yang dimaksud mencakup banyak hal: sabar menghadapi ejekan dan rayuan, sabar melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, sabar dalam petaka dan kesulitan, serta sabar dalam berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan.
Karena sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya berada dalam kenikmatan, lalu ia mensyukurinya; atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar menanggungnya. Allah SWT menjelaskan bahwa sarana yang paling baik untuk menanggung segala macam cobaan ialah dengan sikap sabar dan banyak salat, seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (Al Baqoroh: 45)
Sabar itu ada dua macam, yaitu sabar dalam meninggalkan hal-hal yang di haramkan dan dosa-dosa, serta sabar dalam menjalankan ketaatan dan amal-amal shaleh. Adapun jenis sabar lainnya, yaitu sabar dalam menanggung segala macam musibah dan cobaan, jenis inipun hukumnya wajib; perihalnya sama dengan istigfar (memohon ampun) dari segala macam cela.
Karena kesabaran membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan, maka manusia tidak boleh berpangku tangan, atau terbawa kesedihan oleh petaka yang dialaminya, ia harus berjuang dan berjuang. Memperjuangkan kebenaran, dan menegakkan keadilan. Dengan sikap seperti itu diharapkan Ummat islam memiliki mental yang kuat dan tidak cengeng dalam menghadapi lika-liku dan kerasnya kehidupan di dunia, sehingga manusia itu akan bertambah lebih maju.
Ayat Al Quran Tentang Akhlak Terpuji
QS. Al imran 133-134وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنْ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Al Imran: 133-134)
Ayat ini, menganjurkan peningkatan upaya, melukiskan upaya itu bagaikan satu perlombaan, dan kompetisi yang memang merupakan salah satu cara peningkatan kualitas. Karena itu bersegeralah kamu bagaikan ketergesaan seorang yang ingin mendahului yang lain menuju ampunan dari Tuhanmu dengan menyadari kesalahan dan berlombalah mencapai, yaitu surga yang sangat agung yang lebarnya, yakni luasnya selebar seluas langit dan bumi yang disediakan untuk al-muttaqin, yakni orang-orang yang telah mantap ketakwaannya, yang taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Ayat ini juga menunjukkan tiga kelas manusia atau jenjang sikapnya. Pertama, yang mampu menahan amarah. Kata (الكاظمين) mengandung makna penuh dan menutupnya dengan rapat. Diatas tingkat ini, adalah yang memaafkan. Kata (العافين) terambil dari kata (العفن) al-‘afn yang bararti maaf atau juga bisa diartikan menghapus. Seseorang yang memafkan orang lain, adalah menghapus bekas luka hatinya akibat kesalahan yang dilakukan orang lain terhadapnya. Selanjutnya, untuk mencapai tingkat ketiga Allah mengingatkan bahwa yang disukainya adalah orang-orang yang berbuat kebajikan, yakni bukan orang yang sekedar menahan amarah, atau memaafkan tetapi justru yang berbuat baik kepada yang pernah melakukan kesalahan.
Untuk itu, disini kita bisa melihat tingkat-tingkat kenaikan takwa seorang mu’min. Pertama, mereka pemurah, baik dalam waktu senang atau dalam waktu susah. Artinya kaya atau miskin berjiwa dermawan. Naik setingkat lagi, yaitu pandai menahan amarah. Tetapi bukan tidak ada marah, karena orang yang tidak ada rasa marahnya sama sekali ketika melihat yang salah adalah orang yang tidak berperasaan. Yang dikehendaki disini, ialah kesanggupan mengendalikan diri ketika marah. Ini adalah tingkat dasar. Kemudian naik setingkat lagi, yaitu memberi maaf. Kemudian naik ketingkat yang diatas sekali, menahan amarah, member maaf, diiringi dengan berbuat baik, khususnya kepada orang yang nyaris dimarahi dan dimaafkan itu.
Demikianlah takwa bekerja dibidang ini, dengan dorongan-dorongan dan motivasi-motivasinya. Marah adalah perasaan manusiawi yang diiringa dengan naiknya tekanan darah. Marah adalah salah satu dorongan yang menjadi kelengkapan penciptaan manusia dan salah satu kebutuhannya. Manusia tidak dapat menundukkan kemarahan ini kecuali dengan perasaan yang halus dan lembut yang bersumber dari pancaran takwa, dan dengan kekuatan ruhiah yang bersumber dari pandangannya kepada ufuk yang lebih luas dari pada ufuk dirinya dan cakrawala kebutuhannya.
QS. An nisa’ 114
لا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (an nisa’: 114)
Ayat ini merupakan pendidikan yang sangat berharga bagi masyarakat, yakni untuk saling terbuka, sedapat mungkin untuk tidak saling merahasiakan sesuatu. Kerahasiaan mengandung makna ketidakpercayaan sedangkan keterbukaan dan terus terang menunjukkan keberanian pembicara.
“tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka manusia”dari sini dapat dipahami larangan Nabi saw melakukan pembicaraan rahasia dihadapan orang lain, yang nantinya dapat menimbulkan fitnah, sehingga memunculkan rasa dengki hati dan suudzan yang dapat memecah belah umat. Maka dari itu jelahslah bahwa bisik-bisik tidak ada kebaikan atau manfaat yang bisa diambil. Mana yang tidak setuju hendaknya dukatakan terus terang.
“kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia” dari tiga hal diatas tidak mengandung madzarat kalo diperbisikkam. , bahkan memang patut ghal-hal tersebut diperbisikkan terlebih dahulu.
Menyuruh atau menganjurkan orang mengeluarkan sedekah memang kadang-kadang perlu dirahasiakan terlebih dahulu, supaya dapat diteliti siapa yang patut menerimanya. Sebab ada orang yang berhak menerima sedekah atau zakat tetapi dia malu memintanya atau malu ketahuan. Banyak orang yang mempunyai budi yang dinamai iffah, yaitu pandai menahan diri, sehingga banyak orang yang menyangka dia kaya, padahal dia berhak menerima sedekah ataupun zakat. Dan lebih baik lagi kalo diberikan secara rahasia, sehingga yang diberi tidak merasa malu. Demikian pula, ada orang yang mampu mengeluarkan zakat, tetapi dia enggan memperlihatkannya karena takut riya’, maka dia memberikan zakat tersebut secara rahasia.
Menyuruh perbuatan yang ma’ruf kadang-kadang lebih baik disampaikan secara rahasia. Seperti orang yang melakukan perbuatan jelek ditegur dihadapan banyak orang akan menimbulkan masalah lain, maka sebaiknya dilakukan teguran tersebut secara rahasia. Mendamaikan orang yang sedang berselisih sepatutnya dilakukan secar rahasia. Hal ini untuk menjaga nama baik kedua belah pihak
Menurut ar-razi sesungguhnya amal pada garis besarnya tidak keluar dari memberi manfaat atau menafikkan madzarat,pemberian manfaat dapat bersifat material dan inilah yang diwakili oleh sedekah, sedangkan yang bersifat immateraial ditunjukkan dengan amar ma’ruf. Ma’ruf dapat mencangkup pengembangan potensi kemampuan teoritis melalui pemberian pengetahuan, atau pengembangan potensi melalui keteladanan.
Semua bisik-bisik ditempat sunyi tidak menimbulkan bahaya. Asal ada niat baik rerkandung didalamnya , sebab lanjutan ayat berbunyi dengan tegas” dan barangsiapa yang berbuat demikian”yaitu segala macam bisik yang mengandung maksud baik, yang bukan hendak merugikan orang lain, karena menginginkan keridhaan Allah. Sebab timbul pengaruh iman kepada Tuhan dan kasih sayang sesama manusia. Lantaran bersedekah, menyuruh berbuat baik dan mendamaikan orang yang bertengkar atau berkelahi. Yang nantinya Allah akan memberi pahala yang sangat besar.
Oleh karenaitu, kita sebagai manusia harus menjaga komunikasi antar manusia supaya tidak menimbulkan perpecahan diantara sesama manusia, karena komunikasi itu penting dalam sebuah kehidupan dimanapun kita berada.